Oleh
Minatus Sholihah
Desa dengok
kandang semangkon merupakan dusun yang masih dalam tataran kecamatan Paciran
kebupaten Lamongan. Letaknya yang dekat dengan laut, menjadikan desa dengok
menjadi tempat yang sentral dan strategis bagi jalur perdagangan atau bisnis
yang lain. Sebelum bernama Desa Dengok kandang semangkon, nama desa tersebut
adalah Martamu. Nama yang sengaja dipilih oleh masyarakat karena desa tersebut
sering kali menjadi tempat berkunjungnya para saudagar dan kerajaan-kerajan
jawa sebagai jalur perdagangan dan bisnis lain. Mangkon adalah pelabuhan kecil
yang dimiliki desa tersebut, yaitu tempat gerbang utama untuk memasuki desa
martamu dari jalur laut. Mangkon adalah istilah jawa “mangku” yang berarti menyambut
atau menjamu. Para pendatang akan disambut dengan alam desa tersebut, yaitu
pelataran pasir yang cukup luas serupa lapangan sepak bola. Selain sebagai
penyambutan para pendatang, pelataran tersebut seringkali dipakai masyarakat,
khususnya anak-anak bermain dan melakukan aktifitas yang lain seperti bela
diri.
Desa tersebut
memiliki sejarah yang cukup panjang. Terdapat tragedi yang pelik dalam sejarah
terjadinya desa tersebut. Bermula dari seorang saudagar yang berkunjung. Saudagar
tersebut sangat menggumi nuansa arsi desa tersebut. Ia kemudian ingin tahu nama
desa tersebut. Saat berjalan-jalan ia pun bertemu bocah kecil yang sedang
bermain di Mangkon. Ia pun bertanya “iki desa apa jenenge?” (ini desa apa
namanya?). anak kecil itu pun menjawabnya dengan seadanya dan semampunya “iki
desa Matamu, pak” (ini desa matamu, pak). Merasa harga dirinya sudah lecehkan
oleh anak tersebut, saudagar pun tidak terima atas ucapan yang dilontarkan oleh
bocah itu. Kemudian saudagar membunuhnya. Kejadian itu akhirnya dilihat oleh
seorang warga desa yang tak sengaja lewat dilokasi kejadian. Warga tersebut lari
ketakutan seorang diri ke pemukiman penduduk dan mengabarkan apa yang baru saja
dilihatnya. Setelah mendengar kabar tragedy itu, seketika para warga penasaran
ingin melihat kejadian tersebut. Mereka berbondong-bondong kelokasi kejadian
untuk melihat yang sebenarnya terjadi. “ayo dengok-ayo dengok” (ayo lihat-ayo
lihat) ujar semua warga yang datang untuk melihat kejadian itu. Namun sayang
mereka sudah terlambat. Bocah tak berdosa tersebut akhirnya meninggal. Atas dosa yang ia tidak tahu sebab
mulanya. Untuk mengenang peristiwa tersebut akhirnya bocah tersebut dikuburkan
di Mangkon tempat bermainnya dulu dan sekaligus lokasi terjadinya peristiwa tersebut.
Dan akhirnya Mangkon menjadi tempat penguburan desa. Tragedi tersebutlah yang
akhirnya menjadi cikal bakal terjadinya sejarah pergantian nama dari desa
Martamu menjadi desa Dengok. Dan sampai sekarang cerita tersebut masih diyakini
kebenarannya oleh masyarakat setempat.
iyak, yokok benerr....
BalasHapusAsal usul kandang semangkon he.... Iki kok denggok
BalasHapusCeritanya sangat RILLL work it
BalasHapus