Menulis merupakan kegiatan menuangkan pikiran, baik dalam
bentuk menyalin ide(translite) atau mengadakan ide itu sendiri(ide pribadi). Dibidang
pengetahuan manapun menulis merupakan suatu hal yang wajib. Seperti pada dewasa
ini, menulis jurnal bagi mahasiswa semester akhir merupakan hal yang mutrlak
perlu bagi kwalitas perkembangan suatu universitas. Apalagi dewasa ini
digencar-gencarnya perkembangan suatu pengetahuan bagi bangsa kita lewat
pendidikan berkarakter.
Dilain sisi menulis merupakan dokumen arsip, seperti yang
dilakukan oleh para sejarawan bangsa kita ini. Sejarah mencatat bukti-bukti
perkembangan, permajuan dan yang lain untuk bangsa kita. Tujuannya dari itu
adalah untuk mengenalkan kepada generasi penerus terkait dengan kondisi bangsa
kita terdahulu. Hingga akhirnya hal tersebut menjadi sumber pelajaran yang
penting bagi perkembangan bangsa. Namun sayangnya, hal tersebut juga menjadikan potensi politik
dalam pembukuan bukti sejarah bangsa.
Lain hanya sejarah, menulis merupakan hal yang peting
bagi seorang sastrawan. Menulis perupakan apresiasi atas pengalamannya hidup
dalam kesejarahan pada suatu bangsa. Tak sedikit sastrawan menulis kondisi
bangsa lewat prosa dan syairnya. Sehingga para sastrawan pun akhirnya terlibat
dalam pernaskahan suatu bangsa.
“menulis adalah berak, dan makanannya adalah buku”, kata
Jalaludin Imron
Anggapan itu memang benar, sebab dari seseorang membaca
buku, maka ia pun memiliki banyak pengetahuan, jika pengetahuannya sudah lebih
maka tanpa disadari ia pun akan menorehkan pengalamannya lewat buku-buku yang
dibacanya. Membaca dan menulis merupakan pasangan kegiatan yang harus di
terapkan. Mengingat bahwa sedari kecil kita selalu di paksa, maka dari sekarang
hal itu merupakan hal yang wajib. Dari membaca dan menulis lahirlah Andrea
Hirata, Dahlan Iskhan, Chairil Tanjung dan penulis yang lain. Mereka adalah
aset kenegaraan.
Jika Jalaludin Imron mengatakan bahwa menulis adalah
berak, dan makanannya adalah buku, maka saya lebih memilih menulis merupakan ide,
dan ide adalah sampah. Mengingat bahwa Kazuo Murakami dalam bukunya Gen
menjelaskan bahwa segala yang keluar dari manusia adalah sampah. Memang benar
untuk dapat hidup, setiap hari manusia harus mengeluarkan berbagai zat yang ada
di dalam tubuh kita. Agar manusia dapat segar kembali. Seperti halnya ide,
setiap manusia tidak terkecuali bayi, dewasa sampai orang tua pastilah memiliki
ide.
Ide itu seperti orang sakau. Ketika ia tak menjumpai
cocain ditangannya, maka ia akan segera mengeluarkan darahnya dan di jilatinya
sendiri. Yah begitulah, ide itu harus segera dikeluarkan agar tidak basi dan
lupa. Karena setidaknya ide merupakan gambaran tentang keajaiban yang harus
dimunculkan dengan media yang tepat. Salah satunya dengan menulis.
Kenapa sampah?, karena merupakan buangan dari kotoran. Manusia
menganggap bahwa sampah merupakan sesuatu yang kotor dan jijik. Padahal itu
semua berasal dari manusia yang membuatnya. Manusia adalah calon dari kotoran
itu sendiri. Berarti apa yang diagungkan dari ide itu sendiri merupakan hal
yang sama dari sesuatu yang kita benci. Dan keberadaan itu berasal dari
ketiadaan. Manusia telah memincingkan keberadaan dari sampah itu sendiri. Jadi
menulis itu sasmpahisasi.