Sabtu, 22 Juni 2013

AUTIS BERSAMA KERETA API

Terserah apa kata orang, mungkin mereka menganggap itu konyol. namun itu tidak berlaku denganku. aku yang begitu awam perihal transportasi yang satu ini. Tiba-tiba tersirep oleh nuansa alam. Tampaknya perjalanan naik kereta ke Blitar merupakan pengalaman pertamaku ketika bertandang kerumah saudara Futri, teman asramaku. yah "kereta api". hampir 5 jam ragaku dibawa lari oleh benda mesin ini dan khayalku berkelana entah kemana pergi ia. tapi ia masih kutali. seperti seekor monyet yang sudah cupu dengan pemiliknya.
Sekali lagi, ini karena aku mematuhi sifatku sebagai manusia, yaitu suka mengagumi hal yang aku sukai. kembali ke pembahasan kereta api, jika di bandingkan dengan bus, mobil, dan yang lainnya. aku lebih memilih kereta api. ada beberapa faktor yang mempengaruhi. pertama, karena aku memang kali pertama menaiki benda mesin itu, yang ke dua, karena aku penasaran bagaimana rasanya naik kereta, ketiga, aku termotifasi itu karena tayangan difilm serta mencoba mendiskripsikan situasi. aku jadi berfikir kenapa perpisaan di kereta itu lebih dramatisasi dari pada di kendaraan yang lain.
Ternyata yang membuatnya dramatis ada beberapa kemungkinan, yaitu jarak tempuh, keakraban, kedalaman rasa kasih, dan ekonomi. itu adalah penilaian pertamaku, setelahnya belum kutemui bukti yang lain dari penumpang. di samping itu aku temukan keunikan yang lain. "kereta adalah raja". anggapan itu aku belum dapat menerimanya oleh akal. aku mencoba untuk menguraikan diskripsiku. mungkin karena kereta memiliki jalur lurus yang dapat digambarkan sebagai sifat raja yang bijak dan berhati mulia. juga sebagai "pelayan". hal tersebut terjadi di dalam kereta. kereta tersebut melayani semua lini kemasyarakatan dengan baik yang terdiri dari gerbong-gerbong. dalam hal tersebut aku sedikit menolak karena itu merupakan potensi tindakan marksisme. terjaadinya kelas-kelas.
"kereta sebagai hiburan", jika di bandingkan dengan kendaraan yang lain, kendaraan yang satu ini menurutku adalah sebuah peruntungan. jika ia mengenal dialog jawa pasti ia akan terhibur dengan sendirinya dan tak perlu ada penerjemahnya, seperti seorang bule yang menyimak cukup hikmat di bilik gerbong. disaat semua tertawa karena sajian para penjual di kereta yang kocak, ia (bule) tak bisa men-connect. aku jadi kasihan seharusnya ia juga berhak mendapatkan hiburan tersebut dalam kendaraan. karena memang tak ada hiburan kocak yang lain selain adegan-adegan mereka (para penjual) yang tak henti menawariku jajanannya. seolah setrika yang tak luput dari perhatian tangan.
satu lagi yang mengesankan bagiku adalah duduk bersama dengan anak kecil yang hebring (istilah kelompok:heboh sendiri) yang duduk berhadapan denganku bersama kakaknya. ia tak pernah berhenti bertanya paada kakaknya mengenai hal yang pertama ia ketahui seperti: kok spider man bajunya merah-biru? kenapa ia memilih? kenapa jaringnya muncul di tangan? bukanya jaringnya muncul di bokongnya? trus kenapa matahari berbentuk bulat? dan yang lain sehingga kakaknya pun menjawan dengan kualahan.
akupun jadi berfikir, bahwa ia sudah mulai berfikir menurut rasionya. untuk manusia dewasa, pertanyaan hal tersebut tampaknya akan menjadi bahan tertawaan karena memang pertanyaan itu sangat konyol. tapi tidaklaah mereka berfikir bahwa hal tersebut ,merupakan kunci kita mengenal alam. seperti yang aku lakukan saat ini di Blitar bertandang ke gunung Kelud (maaf belum ada foto, karena memang belum saya masukan kedalam folder. nanti menyusul).
 
haha aku jadi autis memikirkan semua hal di dalam kereta jurusan Blitar ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar