Jumat, 28 Juni 2013

MENULIS ITU SAMPAHISASI

Menulis merupakan kegiatan menuangkan pikiran, baik dalam bentuk menyalin ide(translite) atau mengadakan ide itu sendiri(ide pribadi). Dibidang pengetahuan manapun menulis merupakan suatu hal yang wajib. Seperti pada dewasa ini, menulis jurnal bagi mahasiswa semester akhir merupakan hal yang mutrlak perlu bagi kwalitas perkembangan suatu universitas. Apalagi dewasa ini digencar-gencarnya perkembangan suatu pengetahuan bagi bangsa kita lewat pendidikan berkarakter.
Dilain sisi menulis merupakan dokumen arsip, seperti yang dilakukan oleh para sejarawan bangsa kita ini. Sejarah mencatat bukti-bukti perkembangan, permajuan dan yang lain untuk bangsa kita. Tujuannya dari itu adalah untuk mengenalkan kepada generasi penerus terkait dengan kondisi bangsa kita terdahulu. Hingga akhirnya hal tersebut menjadi sumber pelajaran yang penting bagi perkembangan bangsa. Namun sayangnya,  hal tersebut juga menjadikan potensi politik dalam pembukuan bukti sejarah bangsa.
Lain hanya sejarah, menulis merupakan hal yang peting bagi seorang sastrawan. Menulis perupakan apresiasi atas pengalamannya hidup dalam kesejarahan pada suatu bangsa. Tak sedikit sastrawan menulis kondisi bangsa lewat prosa dan syairnya. Sehingga para sastrawan pun akhirnya terlibat dalam pernaskahan suatu bangsa.
“menulis adalah berak, dan makanannya adalah buku”, kata Jalaludin Imron
Anggapan itu memang benar, sebab dari seseorang membaca buku, maka ia pun memiliki banyak pengetahuan, jika pengetahuannya sudah lebih maka tanpa disadari ia pun akan menorehkan pengalamannya lewat buku-buku yang dibacanya. Membaca dan menulis merupakan pasangan kegiatan yang harus di terapkan. Mengingat bahwa sedari kecil kita selalu di paksa, maka dari sekarang hal itu merupakan hal yang wajib. Dari membaca dan menulis lahirlah Andrea Hirata, Dahlan Iskhan, Chairil Tanjung dan penulis yang lain. Mereka adalah aset kenegaraan.
Jika Jalaludin Imron mengatakan bahwa menulis adalah berak, dan makanannya adalah buku, maka saya lebih memilih menulis merupakan ide, dan ide adalah sampah. Mengingat bahwa Kazuo Murakami dalam bukunya Gen menjelaskan bahwa segala yang keluar dari manusia adalah sampah. Memang benar untuk dapat hidup, setiap hari manusia harus mengeluarkan berbagai zat yang ada di dalam tubuh kita. Agar manusia dapat segar kembali. Seperti halnya ide, setiap manusia tidak terkecuali bayi, dewasa sampai orang tua pastilah memiliki ide.
Ide itu seperti orang sakau. Ketika ia tak menjumpai cocain ditangannya, maka ia akan segera mengeluarkan darahnya dan di jilatinya sendiri. Yah begitulah, ide itu harus segera dikeluarkan agar tidak basi dan lupa. Karena setidaknya ide merupakan gambaran tentang keajaiban yang harus dimunculkan dengan media yang tepat. Salah satunya dengan menulis.
Kenapa sampah?, karena merupakan buangan dari kotoran. Manusia menganggap bahwa sampah merupakan sesuatu yang kotor dan jijik. Padahal itu semua berasal dari manusia yang membuatnya. Manusia adalah calon dari kotoran itu sendiri. Berarti apa yang diagungkan dari ide itu sendiri merupakan hal yang sama dari sesuatu yang kita benci. Dan keberadaan itu berasal dari ketiadaan. Manusia telah memincingkan keberadaan dari sampah itu sendiri. Jadi menulis itu sasmpahisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar