berfikir karena hidup, berkarya karena usia. wujud atau tidak akan jadi abdi dari hidup. jadi ada dalam ketiadaan. nikmatilah, karena dunia begitu menawan.
Selasa, 03 Desember 2013
KPK: (Komisi Pemberantasan Korupsi / Korupsi Pemberantas Korupsi)??
Agaknya saya kurang yakin dengan anggapan bahwa KPK dapat menjadi mascot pemberantasan korupsi. Pasalnya kita sudah melihat dan menyadari bahwa yang sebenarnya menjadi malaikat justru malah menjadi iblis masyarakat yang mengancam kesejahteraan umat. KPK rupanya main caplok saja. Seperti pada kasus Nurdin Nasution. Agaknya menjadi evaluasi besar bagi kita semua, agar lebih waspada terhadap orang yang akan kita pilih nantinya untuk kemaslahatan umat. Sesuai dengan KBBI 2010 yang saya punya, komisi memiliki arti dua kemungkinan yang pertama adalah orang yang ditugasi oleh Negara dalam menangani suatu hal. Kedua, adalah imbalan (uang) atau persentase tertentu yang dibayarkan karena jasa yang diberikan dalam jual beli. Namun apa yang menjadi maksud dari aplikasinya dari realita? Entahlah pengertian mana di pakai. Hanya hati kalianlah yang akan menilai itu semua. Itu pun jika kalian masih punya hati untuk menilai. Saya harap itu bukan maksudku. Kembali lagi ke bahasan kita.
Sejak awal saya sangat rancu terhadap KPK. Apa itu KPK? Semacam komplotan seperti apa mereka? Atau mereka adalah malaikat maut yang siap mengintai kebahagian orang lain demi sebuah tujuan tuhan. Atau apakah mereka mengakui bahwa diri merekalah yang tuhan. Ah, entahlah. Berbicara tentang tuhan dan malaikat, saya teringat dengan film City of Angle. Meski bukan saya yang nonton tapi saya adalah pendengar yang baik dari synopsis teman. Jalan ceritanya sangat menarik.
Ceritanya berawal dari seorang (saya tak bisa menjelaskan malaikan sebagai jenis apa. Hanya itu yang lebih amannya, sebab dalam film ini ia jadi manusia) malaikat kematian datang ke bumi hendak menjemput nyawa dari seorang dokter bedah. Dalam kisahnya ia menjadi seorang laki-laki dingin yang diam-diam mencintai dokder bedah. Segala upaya ia lakukan agar ia dapat menghibur dokter bedah tersebut, sebab si dokter bedah tersebut baru saja menghilangkan nyawa pasiennya akibat kecerobohannya. Ia kemudian sangat mengutuk kematian, sebab ia tak memberikan kesempatan sedikitpun untuk mengulur waktunya. Keduannya kemudian menjalani kisah cinta yang romantis. Namun kisah tersebut berakhir miris. Ya, itulah sedikit cuplikan kisah dari City of Angle yang melankolis. Yang tak jauh beda dengan nasib negeri nano nano ini.
Jika dalam film City of Angle, malaikat kematian dapat menegosiasi nyawa seorang dokter bedah sebab ada faktor cinta maka di negeri segala luka ini masyarakat hanya mendapati foktor bullying yang di perankan oleh aparat perwakilan rakyat atau pejabat pemerintahannya. Kita hanya butuh cinta yang hakiki dari penduduk negeri ini bukan bullying atau penghianatan yang di selimuti angan-angan yang muluk.
Saya tahu sebagian mereka pernah mencicipi bangku kuliah semasa hidupnya. Pastinya mereka juga mengalami kondisi kacau balau 1998 negeri ini semasa kepemimpinan Soeharto. Dan sebagian besar mereka juga adalah pelopor, penggerak demo masa kejayaan mahasiswa tersebut dengan keangkuhan-keangkuan mereka dalam mengkritik kebijakan pemerintah. Tapi apa yang telah mereka lontarkan sekarang hanya menjadi buih yang ditiup angin entah kemana pergi. Semua hanya dapat mengheningkan cipta masing-masing.
Apalagi dengan adanya Pendidikan Karakter yang akhir-akhir ini di galakkan, pastinya generasi bangsa kita akan menjadi semakin sadar diri dengan kebutuhan bangsanya akan pemimpin yang adil, arif dan bijaksana, bukan pemimpin yang makmur tapi rakyatnya jadi jamur. Dan lagi, bukan hanya masyarakat saja yang menjadi sasaran program tersebut, tapi juga para petinggi kita wajib berpendidikan karakter.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar