The
Loving art of Bayek(seni mencinta)
kajian Psikoanalisis-Humanistik Erich Fromm
Oleh
Tim:
(Minatus
Sholihah & Primadita )
http//: mina.suryaku@gmail.com
Abstrak
Cinta (Fromm: 169) adalah keterhubungan
manusia dengan perasaan ingin melindungi, melengkapi dan kesatuan dalam
membangun sebuah kehidupan. Cinta melahirkan jiwa manusia menjadi peduli. Bayek
adalah seseorang berjuang menghidupi kebahagiaan keluarganya dengan cinta tulus
dalam novel Ibuk. Kebahagiaan itu ibang ketika seseorang dapat membagi kebahagiaan
dirinya untuk orang lain. Cinta adalah rute yang menyatukan Bayek, seorang anak
sopir kota Batu Malang dengan kota New
York sebagai dunia lintas potensi aktualisasi diri sebagai anak yang patuh dan
bertanggung jawab atas diri dan keluargannya dalam lingkungan yang selalu
menawarkannya menjadi yang terbaik. Bayek sangat memperhatikan orang-orang
terkasihnya, yaitu keluarganya dan bersedia untuk merawat dan menjagannya.
Cinta dapat menghubungkan simbiotik tertarik satu sama yang lain.
Kata kunci: Psikoanalisi, Humanistik,
keterhubungan, cinta.
Psikoanalisi-Humanistik
Erich Formm
Erich
Formm meyakini bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki keterkaitan erat
dengan kesatuan pra sejarah dengan alam. Manusia mampu beradaptasi dengan
lingkungan inangnya serta mengembangkan kemampuan rasionnya, yaitu dilemma
manusia. Manusia akan mengalami dilema dasar ini karena menjadi terpisah dari
alam tetapi memiliki kemampuan untuk menjadi sadar akan diri mereka sebagai
makhluk-makhluk yang terisolasi. Ia menegaskan bahwa ada pola biner yang
mempengaruhi, yaitu dikotomi-dikotomi eksistensial. Ada dua komponen dikotomi:
pertama, hidup dan mati, kesadaran diri
dan rasio menyatakan pada kita bahwa kita pasti akan mati dan seorang tersebut
masih tetap berusaha namun sebenarnya tidak akan pernah mengubah fakta bahwa
hidup kita tetap akan berakhir dengan kematian. Kedua, manusia mampu mengonsep
tujuan realitas diri yang seutuhnya, namun tersadarkan bahwa hidup terlalu
singkat untuk mencapai tujuan tersebut. Ketiga, manusia pada akhirnya sendirian
saja meskipun sebenarnya tidak bisa menoleransikan pengisolasian.
Seperti
halnya hewan, manusia dimotifasikan oleh kebutuhan-kebutuhan fisiologis,
seperti rasa lapar, seks, dan rasa aman. Kebutuhan tersebutlah yang akan
mempengaruhi eksistensi manusia. Hal tersebut dapat dibedakan dari individu
yang mentalnya sehat denga penderita neorotik (kegilaan) akan menemukan jawaban
bagi eksistensi mereka yang terkait denga kebutuhan secara manusiawi mereka.
Kebutuhan tersebut menjadi beberapa golongan, yaitu keterhubungan,
transendensi, keberakaran, rasa identitas, dan kerangka orientasi.
Keterhubungan
(relatedness) yaitu sebuah dorongan untuk menyatu dengan sebuah pribadi atau
pribadi-pribadi lainnya. Formm memposttulasikan tiga dasar yang di dalamnya
seseorang bisa berhubungan dengan dunia; (1) ketundukan, (2)menguasai, dan
(3)mencintai. Ketika pribadi yang tunduk dan pribadi dominan saling bertemu,
mereka sering membangun sebuah hubungan yang simbiotik, sebuah hubungan yang
memuaskan kedua belah pihak. Manusia dalam relasi simbiotik berpotensi besar
untuk menyalahkan pasangannya jika suatu saat tidak sanggup memuaskan
sepenuhnya kebutuhan mereka. Untuk menyelesaikan pertentangan ini, mereka
mencari ketundukan atau kekuasaan yang lebih dalam lagi dari pasangannya, dan
sebagai hasilnya mereka jadi lebih bergantung lagi kepada pasangan mereka dan
menjadi semakin kurang individual. Dan menurut Formm cinta adalah satu-satunya
rute yang dapat menyatukan seseorang dengan dunia. Fromm mengidentifikasikan
empat elemen dasar yang umum bagi semua bentuk cinta sejati: perhatian,
tanggung jawab, penghargaan, dan pengenalan.
Keterhubungan, Bayek dengan konsep
Cinta
Dalam
kaitanya dengan kajian teori, kelompok kami memfokuskan pada tokoh Bayek
sebagai tokoh yang berperan aktif sebagai manusia yang mensuksesan keluarganya
dari kemiskinan. Dari Bayek anak seorang sopir menjadi Direktur perusahaan di
New York. Pengorbanan tersebut cukuplah menyita kepenatannya namun oleh
semangat dan tanggung jawab karena ia adalah anak lelaki satu-satunya yang
memiliki beban tanggung jawab yang besar untuk keluargannya.
Ketundukan
kepada perintah Ibunya mengantarkan kaki Bayek pada sebuah keberhasilan yang
mengesankan. Petuah ibunya menjadi kebergantungan Bayek menantang masa
depannya. Ibunya mendominasi Bayek agar selalu mematuhi segala perintah dan
menjalankannya. Berikut kutipan yang menandai ketertundukan Bayek kepada Ibunya:
“Sing
tabah le. Kamu kuliah yang pinter. Nggak apa-apa jauh dari keluarga sebentar.
Biar kamu nanti dapat kerja bagus. Yang penting jangan pernah telat makan.
Jangan takut, le. Coba dulu.” Nasihat ibu lewat telefon (Ibuk : 134)
Atas
ketundukan oleh petuah ibunya, empat tahun diBogor. Empat tahun penuh dengan
kerinduan. Empat tahun penuh dengan keprihatinan. Empat tahun dengan
perjuangan. Bayek akhirnya lulus, tidak cukup dengan kata lulus akan tetapi
bayek menjadi lulusan terbaik diIPB.
“Dan
lulusan terbaik dari jurusan MIPA, Bayek Setyawan dari jurusan Statistika
dengan IPK 3,52!” seru pembawa acara memanggil Bayek. ( ibuk:136)
Bayek
memang hidup dalam do’a ibu tidak berhenti pada lulusan terbaik saat akan
menjalani wawancara saat melamar pekerjaan ibu selalu mendoakan Bayek dan
memberi petuah yang menyejukkan Bayek, seakan apapun yang dilakukan Bayek tidak
terlepas dari do’a ibu. Do’a ibu bagi Bayek seperti heroin favoritnya yang
menjadikan dia sebagai seorang pecandu yang menggugah semangat Bayek.
“Buk,
do’akan lancar ya. Bener ya Buk. Bayek hidupb dalam doa Ibuk.” ( Ibuk:138)
Ibu
pun selalu memberi kesejukan atas rengekan bayek yang selalu meminta do’a
“Iya,
Yek, Ibuk akan doakan. Yang penting kamu tenang. Yang penting kamu jujur,”
balas ibu ( ibuk:139)
Atas
perintah ibu Bayek yang memerintah Bayek agar tenang dan jujur dalam wawancara
tersebut maka Bayek sebagai anak lelaki yang sangat mematuhi ibunya bayek pun
melaksanakan apa yang diperintahkan Ibunya. Hasil yang didapatkan atas
wawancara yang berjalan lancer itu pun terbuahkan hasil Bayek diterima kerja
diJakarta.
“Bayek
mengambil naf as panjang dan memasuki ruang wawancara disalah satu gedung di
Jalan Sudirman Jakarta. Wawancara berjalan lancer. Ibuk telah mengirimkan hawa
ketenangan untuk Bayek. Beberapa hari kemudian ia mendapat panggilan kerja di
Jakarta. Ia memasuki langkah baru dalam hidupnya. Ia sudah bisa mencari uang
sendiri. Ia bekerja” (Ibuk:139)
Pada
sebuah ketundukan tokoh Bayek terhadap Ibunya yang setiap do’a serta nasihat
dan perintah-perintah yang diberikan kepada Bayek terasa sangat nyata oleh
Bayek dalam setiap perjalanan karirnya, dari awal sebagai seorang karyawan di
Jakarta dengan kerja Bayek yang selalu ulet dan memuaskan akhirnya usaha dan
do’a mengantarkannya kepada karir yang paling tinggi dinegara orang. Tidak
terfikirkan Bayek menjadi seorang direktur di salah satu perusahaan yang
terdapat di New York, dimana Bayek berawal dikuasai (karyawan) sampai pada
akhirnya tanpa disadari olehnya Bayek berhasil menguasai perannya sebagai
pemimpin di Negara orang.
“Sesuatu
yang besar dalam perjalanan kariernya. Bayek dipromosikan menjadi Director
Internal Client Management. Selain memimpin bagian Data Processing, Bayek kini
dipercaya untuk memimpin bagian Project Management. Anak buah Bayek semakin
banyak. Tersebar di New York, Chicago, San Franscisco dan India.” (ibuk:218)
Kedudukan
tertinggi Bayek dalam Kariernya tidak mengubah rasa cintanya terhadap
keluarganya rasa perhatian, bertanggungjawab, dalam diri Bayek terus dicurahkan
terhadap orang tua dan saudara-saudaranya. Bayek tidak pernah lupa menyisishkan
uang untuk keluarganya agar dapat membangun rumah masing-masing saudaranya
sampai pada misi terakhirnya yakni membantu membangun rumah untuk adik
bungsunya Mira.
“Dalam
penantian panjang akhirnya Bayek menyelesaikan misinya. Kali ini untuk si adik
bungsu, Mira Bayek membantu Mira membeli rumah di Karawang. Ada senyum di wajah
Baye langkahnya terasa lebih ringan.” ( Ibuk :219)
Cinta untuk terkasih Bayek
Cinta
adalah satu-satunya jalan yang dapat menyatukan seseorang dengan dunia. Bayek
memiliki cinta yang cukup besar tehadap keluarganya. Dengan cinta Bayek
berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi keluargannya yang berupa
kebahagiaan yang tiada ternilai hargannya. Usaha itu ada ketika Bayek masih
kecil yang masih menyeret-nyeret daster batik ibunya. Dengan cintanya yang
sangat dalam ia berjanji:
“buk,
jangan nanges lagi ya. Kalau Bayek sudah besar, Bayek janji akan membahagiakan
ibuk. Bayek janji, ikrara Bayek dalam hati” (ibuk: 117)
Menurut
Fromm cinta mencangkup berbagi (sharing), dan penyatuan (Communion) dengan
orang lain, namun cinta juga tetap membiarkan masing-masing pelakunya bebas
benjadi pribadi yang unik dan terpisah. Cinta memampukan seseorang memuaskan
kebutuhan bagi keterhubungan tanpa harus menyerahkan integritas dan
independensinya. Dalam cinta orang menjadi satu tapi tetap dua. Cinta Bayek
dengan keluarganya menjadikan Bayek selalu memikirkan tentang keperluan
keluargannya. Maka ia sangat rutin mengirimkan uang untuk keperluan keluarganya
hingga dapat melunasi semua hutang serta berhasil menyekolahkan semua adiknya.
“Buk,
wis tak transfer lagi ya!” tukas Bayek.
Hutang
pada Lek Tukeri untuk biaya kuliah telah ia kembalikan.
“Buk,
sisa uangnya untuk mira kuliah dan nabunh buat bangun rumah kita nanti,” kata
Bayek. (Ibuk : 165)
Cinta
membuat Bayek satu dengan keluarga, rasa aman yang tiada duannya.
“Bayek
dan empat saudara perempuan, hidup dalam satu hati empat detak jantung, dalam
satu garis perjuangan. Kebahagiaan Isa adalah kebahagiaan Bayek. Air mata Bayek
adalah air mata Isa. Merek saling menguatkan perjalanan masing-masing” (Ibuk:
149)
Cinta
telah menguatkan mereka dalam keterpurukan, mengartarkan mereka pada sebuah
misi untuk menyelamatkan keluarganya. Cinta adalah rasa puas ketika Bayek sudah
dapat mentransfer lebih banyak lagi untuk semua saudara perempuannya serta ibu
yang amat sangat ia cintai.
“le,
sudah cukup kamu membantu keluarga. Sekarang waktumu. Waktumu untuk membangun
hidupmu. Ini sudak lebih dari cukup le. Sudah lebih dari cukup” kata ibu yang
terdengar luruh.
“iya,
buk, jangan khawatir. Aku yang senang buk. Ibu enak-enakno uripe ya.. kalau
pingin apa-apa, jangan sungkan-sungkan ya,” kata Bayek. (ibuk: 219)
Itu
merupakan bukti perhatian Bayek terhadap keluargannya yang sebenarnya sudah
tertanam kuat sewaktu ia masih kecil. Ia tak mau menikmati kenikmatan seorang
diri. Lebih mementingkan untuk yang lain yang lebih membutuhkan, seperti pada
saat ia dikhitan. Ia memberikan semua yang diberika orang kepada dirinya untuk
ibunya tanpa memberikan sisa. Begitulah Bayek hidup untuk semua orang yang ia
cintai. Menurut kajian cinta romantis, cinta dan suka pada dasarnya sama.
Mengenai cinta seorang anak kepada ibunya didasari kebutuhan perlindungan;
demikian pula cinta ibu kepada anak adanya keinginan melindungi (krech et al.,
1974:477). Cinta diikuti oleh perasaan setia dan sayang. Ada yang berpendapat
bahwa cinta tidak mementingkan diri sendiri, bila tidak demikian berarti bukan
cinta sejati. Terdapat pula cinta yang disebut cinta selfish, misalnya cinta
seorang ibu yang sangat menuntut dan posesif terhadap anak perempuannya. Bahwa
intervensi orang tua yang sangat kental dalam percintaan asnak-anak dari awal
apakah pasangan ini akan menikah atau tidak akan mempertebal rasa saling
mencinta pasangan kekasih tersebut; maksudnyahubungan cinta yang
dihalang-halangi akan mempertebal perasaan mereka yang bercinta (krech et al.,
1974:477-478)
Kesimpulan
Kecintaan
bayek terhadap keluargannya terutama pada ibunya yang selalu menginspirasi dan
memotifasi untuk mengetas rantai kemiskinan keliarganya. Dari anak seorang
supir anggot menjadi direktur perusahaan di kota New York. Ketundukan
(memuaskan kedua belah pihak) saat bayek dapat menggantikan ayahnya bekerja
bukan sebagai sopir angkot melainkan sebagai direktur di perusahaan kota new
York bayek telah meringkankan beban keluarga sedikit demi sedikit dan bayek
merasa sangatlah puas karena dapat menjadi anak kebanggaan keluarga. Menguasai
seorang anak sopir angkot dikota Batu Malang yang berhasil menajdi seorang yang
sukses dan dipercaya menjadi direktur untuk menghandle para karyawan
diperusahaan luar negeri di kota New York. Cinta itu saling berbagi (sharing),
berbagi tidak hanya dengan keluarga. Dan ketika di New York bayek saling
berbagi dengan Rachel. Perhatian seorang bayek sebagai anak laki-laki
satu-satunya dalam sebuah keluarga yang bersaudarakan 5 orang, di saat bayek
telah menjadi anak yang sukses dia masih memperhatikan keadaan orangtua dan
saudara-saudaranya dan membantu dana mereka dalam pembangunan rumah.
Tanggungjawab sebagai anak lelaki satu-satunya bayek bertanggungjawab penuh
terhadap keluarganya sebagai anak lelaki kebanggaan keluarganya bayek
menggantikan sosok ayah untuk bertanggungjawab dalam hal menafkahi keluarganya,
dikarenakan melihat ayahnya yang semakin hari semakin menua dantidak
memungkinkan lagi untuk menarik angkot dikota Batu Malang.
Daftar
Purtaka
Feis.
Jess. Theories of Personality. New York: Pustaka Pelajar.1987
Minder.
Abraham. Psikologi Sastra. Surabaya: Obor. 1990