Senin, 26 November 2012

Seni Mencinta


The Loving art of  Bayek(seni mencinta) kajian Psikoanalisis-Humanistik Erich Fromm
Oleh Tim:
(Minatus Sholihah & Primadita )
 http//: mina.suryaku@gmail.com

Abstrak
Cinta (Fromm: 169) adalah keterhubungan manusia dengan perasaan ingin melindungi, melengkapi dan kesatuan dalam membangun sebuah kehidupan. Cinta melahirkan jiwa manusia menjadi peduli. Bayek adalah seseorang berjuang menghidupi kebahagiaan keluarganya dengan cinta tulus dalam novel Ibuk. Kebahagiaan itu ibang ketika seseorang dapat membagi kebahagiaan dirinya untuk orang lain. Cinta adalah rute yang menyatukan Bayek, seorang anak sopir  kota Batu Malang dengan kota New York sebagai dunia lintas potensi aktualisasi diri sebagai anak yang patuh dan bertanggung jawab atas diri dan keluargannya dalam lingkungan yang selalu menawarkannya menjadi yang terbaik. Bayek sangat memperhatikan orang-orang terkasihnya, yaitu keluarganya dan bersedia untuk merawat dan menjagannya. Cinta dapat menghubungkan simbiotik tertarik satu sama yang lain.

Kata kunci: Psikoanalisi, Humanistik, keterhubungan, cinta.

Psikoanalisi-Humanistik Erich Formm
Erich Formm meyakini bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki keterkaitan erat dengan kesatuan pra sejarah dengan alam. Manusia mampu beradaptasi dengan lingkungan inangnya serta mengembangkan kemampuan rasionnya, yaitu dilemma manusia. Manusia akan mengalami dilema dasar ini karena menjadi terpisah dari alam tetapi memiliki kemampuan untuk menjadi sadar akan diri mereka sebagai makhluk-makhluk yang terisolasi. Ia menegaskan bahwa ada pola biner yang mempengaruhi, yaitu dikotomi-dikotomi eksistensial. Ada dua komponen dikotomi: pertama, hidup  dan mati, kesadaran diri dan rasio menyatakan pada kita bahwa kita pasti akan mati dan seorang tersebut masih tetap berusaha namun sebenarnya tidak akan pernah mengubah fakta bahwa hidup kita tetap akan berakhir dengan kematian. Kedua, manusia mampu mengonsep tujuan realitas diri yang seutuhnya, namun tersadarkan bahwa hidup terlalu singkat untuk mencapai tujuan tersebut. Ketiga, manusia pada akhirnya sendirian saja meskipun sebenarnya tidak bisa menoleransikan pengisolasian.
Seperti halnya hewan, manusia dimotifasikan oleh kebutuhan-kebutuhan fisiologis, seperti rasa lapar, seks, dan rasa aman. Kebutuhan tersebutlah yang akan mempengaruhi eksistensi manusia. Hal tersebut dapat dibedakan dari individu yang mentalnya sehat denga penderita neorotik (kegilaan) akan menemukan jawaban bagi eksistensi mereka yang terkait denga kebutuhan secara manusiawi mereka. Kebutuhan tersebut menjadi beberapa golongan, yaitu keterhubungan, transendensi, keberakaran, rasa identitas, dan kerangka orientasi.
Keterhubungan (relatedness) yaitu sebuah dorongan untuk menyatu dengan sebuah pribadi atau pribadi-pribadi lainnya. Formm memposttulasikan tiga dasar yang di dalamnya seseorang bisa berhubungan dengan dunia; (1) ketundukan, (2)menguasai, dan (3)mencintai. Ketika pribadi yang tunduk dan pribadi dominan saling bertemu, mereka sering membangun sebuah hubungan yang simbiotik, sebuah hubungan yang memuaskan kedua belah pihak. Manusia dalam relasi simbiotik berpotensi besar untuk menyalahkan pasangannya jika suatu saat tidak sanggup memuaskan sepenuhnya kebutuhan mereka. Untuk menyelesaikan pertentangan ini, mereka mencari ketundukan atau kekuasaan yang lebih dalam lagi dari pasangannya, dan sebagai hasilnya mereka jadi lebih bergantung lagi kepada pasangan mereka dan menjadi semakin kurang individual. Dan menurut Formm cinta adalah satu-satunya rute yang dapat menyatukan seseorang dengan dunia. Fromm mengidentifikasikan empat elemen dasar yang umum bagi semua bentuk cinta sejati: perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pengenalan.   

Keterhubungan, Bayek dengan konsep Cinta
Dalam kaitanya dengan kajian teori, kelompok kami memfokuskan pada tokoh Bayek sebagai tokoh yang berperan aktif sebagai manusia yang mensuksesan keluarganya dari kemiskinan. Dari Bayek anak seorang sopir menjadi Direktur perusahaan di New York. Pengorbanan tersebut cukuplah menyita kepenatannya namun oleh semangat dan tanggung jawab karena ia adalah anak lelaki satu-satunya yang memiliki beban tanggung jawab yang besar untuk keluargannya.
Ketundukan kepada perintah Ibunya mengantarkan kaki Bayek pada sebuah keberhasilan yang mengesankan. Petuah ibunya menjadi kebergantungan Bayek menantang masa depannya. Ibunya mendominasi Bayek agar selalu mematuhi segala perintah dan menjalankannya. Berikut kutipan yang menandai ketertundukan Bayek kepada Ibunya:
“Sing tabah le. Kamu kuliah yang pinter. Nggak apa-apa jauh dari keluarga sebentar. Biar kamu nanti dapat kerja bagus. Yang penting jangan pernah telat makan. Jangan takut, le. Coba dulu.” Nasihat ibu lewat telefon (Ibuk : 134)
Atas ketundukan oleh petuah ibunya, empat tahun diBogor. Empat tahun penuh dengan kerinduan. Empat tahun penuh dengan keprihatinan. Empat tahun dengan perjuangan. Bayek akhirnya lulus, tidak cukup dengan kata lulus akan tetapi bayek menjadi lulusan terbaik diIPB.
“Dan lulusan terbaik dari jurusan MIPA, Bayek Setyawan dari jurusan Statistika dengan IPK 3,52!” seru pembawa acara memanggil Bayek. ( ibuk:136)
Bayek memang hidup dalam do’a ibu tidak berhenti pada lulusan terbaik saat akan menjalani wawancara saat melamar pekerjaan ibu selalu mendoakan Bayek dan memberi petuah yang menyejukkan Bayek, seakan apapun yang dilakukan Bayek tidak terlepas dari do’a ibu. Do’a ibu bagi Bayek seperti heroin favoritnya yang menjadikan dia sebagai seorang pecandu yang menggugah semangat Bayek.
“Buk, do’akan lancar ya. Bener ya Buk. Bayek hidupb dalam doa Ibuk.” ( Ibuk:138)
Ibu pun selalu memberi kesejukan atas rengekan bayek yang selalu meminta do’a
“Iya, Yek, Ibuk akan doakan. Yang penting kamu tenang. Yang penting kamu jujur,” balas ibu ( ibuk:139)
Atas perintah ibu Bayek yang memerintah Bayek agar tenang dan jujur dalam wawancara tersebut maka Bayek sebagai anak lelaki yang sangat mematuhi ibunya bayek pun melaksanakan apa yang diperintahkan Ibunya. Hasil yang didapatkan atas wawancara yang berjalan lancer itu pun terbuahkan hasil Bayek diterima kerja diJakarta.
“Bayek mengambil naf as panjang dan memasuki ruang wawancara disalah satu gedung di Jalan Sudirman Jakarta. Wawancara berjalan lancer. Ibuk telah mengirimkan hawa ketenangan untuk Bayek. Beberapa hari kemudian ia mendapat panggilan kerja di Jakarta. Ia memasuki langkah baru dalam hidupnya. Ia sudah bisa mencari uang sendiri. Ia bekerja” (Ibuk:139)
Pada sebuah ketundukan tokoh Bayek terhadap Ibunya yang setiap do’a serta nasihat dan perintah-perintah yang diberikan kepada Bayek terasa sangat nyata oleh Bayek dalam setiap perjalanan karirnya, dari awal sebagai seorang karyawan di Jakarta dengan kerja Bayek yang selalu ulet dan memuaskan akhirnya usaha dan do’a mengantarkannya kepada karir yang paling tinggi dinegara orang. Tidak terfikirkan Bayek menjadi seorang direktur di salah satu perusahaan yang terdapat di New York, dimana Bayek berawal dikuasai (karyawan) sampai pada akhirnya tanpa disadari olehnya Bayek berhasil menguasai perannya sebagai pemimpin di Negara orang.
“Sesuatu yang besar dalam perjalanan kariernya. Bayek dipromosikan menjadi Director Internal Client Management. Selain memimpin bagian Data Processing, Bayek kini dipercaya untuk memimpin bagian Project Management. Anak buah Bayek semakin banyak. Tersebar di New York, Chicago, San Franscisco dan India.” (ibuk:218)
Kedudukan tertinggi Bayek dalam Kariernya tidak mengubah rasa cintanya terhadap keluarganya rasa perhatian, bertanggungjawab, dalam diri Bayek terus dicurahkan terhadap orang tua dan saudara-saudaranya. Bayek tidak pernah lupa menyisishkan uang untuk keluarganya agar dapat membangun rumah masing-masing saudaranya sampai pada misi terakhirnya yakni membantu membangun rumah untuk adik bungsunya Mira.
“Dalam penantian panjang akhirnya Bayek menyelesaikan misinya. Kali ini untuk si adik bungsu, Mira Bayek membantu Mira membeli rumah di Karawang. Ada senyum di wajah Baye langkahnya terasa lebih ringan.” ( Ibuk :219)

Cinta untuk terkasih Bayek
Cinta adalah satu-satunya jalan yang dapat menyatukan seseorang dengan dunia. Bayek memiliki cinta yang cukup besar tehadap keluarganya. Dengan cinta Bayek berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi keluargannya yang berupa kebahagiaan yang tiada ternilai hargannya. Usaha itu ada ketika Bayek masih kecil yang masih menyeret-nyeret daster batik ibunya. Dengan cintanya yang sangat dalam ia berjanji:
“buk, jangan nanges lagi ya. Kalau Bayek sudah besar, Bayek janji akan membahagiakan ibuk. Bayek janji, ikrara Bayek dalam hati” (ibuk: 117)
Menurut Fromm cinta mencangkup berbagi (sharing), dan penyatuan (Communion) dengan orang lain, namun cinta juga tetap membiarkan masing-masing pelakunya bebas benjadi pribadi yang unik dan terpisah. Cinta memampukan seseorang memuaskan kebutuhan bagi keterhubungan tanpa harus menyerahkan integritas dan independensinya. Dalam cinta orang menjadi satu tapi tetap dua. Cinta Bayek dengan keluarganya menjadikan Bayek selalu memikirkan tentang keperluan keluargannya. Maka ia sangat rutin mengirimkan uang untuk keperluan keluarganya hingga dapat melunasi semua hutang serta berhasil menyekolahkan semua adiknya.
“Buk, wis tak transfer lagi ya!” tukas Bayek.
Hutang pada Lek Tukeri untuk biaya kuliah telah ia kembalikan.
“Buk, sisa uangnya untuk mira kuliah dan nabunh buat bangun rumah kita nanti,” kata Bayek. (Ibuk : 165)

Cinta membuat Bayek satu dengan keluarga, rasa aman yang tiada duannya.
“Bayek dan empat saudara perempuan, hidup dalam satu hati empat detak jantung, dalam satu garis perjuangan. Kebahagiaan Isa adalah kebahagiaan Bayek. Air mata Bayek adalah air mata Isa. Merek saling menguatkan perjalanan masing-masing” (Ibuk: 149)
Cinta telah menguatkan mereka dalam keterpurukan, mengartarkan mereka pada sebuah misi untuk menyelamatkan keluarganya. Cinta adalah rasa puas ketika Bayek sudah dapat mentransfer lebih banyak lagi untuk semua saudara perempuannya serta ibu yang amat sangat ia cintai.
“le, sudah cukup kamu membantu keluarga. Sekarang waktumu. Waktumu untuk membangun hidupmu. Ini sudak lebih dari cukup le. Sudah lebih dari cukup” kata ibu yang terdengar luruh.
“iya, buk, jangan khawatir. Aku yang senang buk. Ibu enak-enakno uripe ya.. kalau pingin apa-apa, jangan sungkan-sungkan ya,” kata Bayek. (ibuk: 219)

Itu merupakan bukti perhatian Bayek terhadap keluargannya yang sebenarnya sudah tertanam kuat sewaktu ia masih kecil. Ia tak mau menikmati kenikmatan seorang diri. Lebih mementingkan untuk yang lain yang lebih membutuhkan, seperti pada saat ia dikhitan. Ia memberikan semua yang diberika orang kepada dirinya untuk ibunya tanpa memberikan sisa. Begitulah Bayek hidup untuk semua orang yang ia cintai. Menurut kajian cinta romantis, cinta dan suka pada dasarnya sama. Mengenai cinta seorang anak kepada ibunya didasari kebutuhan perlindungan; demikian pula cinta ibu kepada anak adanya keinginan melindungi (krech et al., 1974:477). Cinta diikuti oleh perasaan setia dan sayang. Ada yang berpendapat bahwa cinta tidak mementingkan diri sendiri, bila tidak demikian berarti bukan cinta sejati. Terdapat pula cinta yang disebut cinta selfish, misalnya cinta seorang ibu yang sangat menuntut dan posesif terhadap anak perempuannya. Bahwa intervensi orang tua yang sangat kental dalam percintaan asnak-anak dari awal apakah pasangan ini akan menikah atau tidak akan mempertebal rasa saling mencinta pasangan kekasih tersebut; maksudnyahubungan cinta yang dihalang-halangi akan mempertebal perasaan mereka yang bercinta (krech et al., 1974:477-478)

Kesimpulan
Kecintaan bayek terhadap keluargannya terutama pada ibunya yang selalu menginspirasi dan memotifasi untuk mengetas rantai kemiskinan keliarganya. Dari anak seorang supir anggot menjadi direktur perusahaan di kota New York. Ketundukan (memuaskan kedua belah pihak) saat bayek dapat menggantikan ayahnya bekerja bukan sebagai sopir angkot melainkan sebagai direktur di perusahaan kota new York bayek telah meringkankan beban keluarga sedikit demi sedikit dan bayek merasa sangatlah puas karena dapat menjadi anak kebanggaan keluarga. Menguasai seorang anak sopir angkot dikota Batu Malang yang berhasil menajdi seorang yang sukses dan dipercaya menjadi direktur untuk menghandle para karyawan diperusahaan luar negeri di kota New York. Cinta itu saling berbagi (sharing), berbagi tidak hanya dengan keluarga. Dan ketika di New York bayek saling berbagi dengan Rachel. Perhatian seorang bayek sebagai anak laki-laki satu-satunya dalam sebuah keluarga yang bersaudarakan 5 orang, di saat bayek telah menjadi anak yang sukses dia masih memperhatikan keadaan orangtua dan saudara-saudaranya dan membantu dana mereka dalam pembangunan rumah. Tanggungjawab sebagai anak lelaki satu-satunya bayek bertanggungjawab penuh terhadap keluarganya sebagai anak lelaki kebanggaan keluarganya bayek menggantikan sosok ayah untuk bertanggungjawab dalam hal menafkahi keluarganya, dikarenakan melihat ayahnya yang semakin hari semakin menua dantidak memungkinkan lagi untuk menarik angkot dikota Batu Malang.

Daftar Purtaka
Feis. Jess. Theories of Personality. New York: Pustaka Pelajar.1987
Minder. Abraham. Psikologi Sastra. Surabaya: Obor. 1990

Tidak ada komentar:

Posting Komentar