Kebenaran penggunaan
Bahasa Indonesia
Oleh : Minatus
Sholihah (102144015)
Pakailah Bahasa Indonesia dengan baik dan benar atau
pakailah Bahasa Indonesia yang benar dan baik?
Perkembangan bahasa Indonesia
sekarang memang bisa dikatakan telah mengalami proses peramuan mode seperti
Bahasa gaul yang menyerang generasi muda sekarang, begitu pula dengan Bahasa
alay. Tapi sebelum menyelam lebih dalam lagi tentang hakikat dari Bahasa
terlebih dahulu kita perlu memahami apa arti dari bahasa yang baik dan benar. Jika
diterjemahkan baik adalah sesuatu yang rapi, teratur, apik, elok, tidak ada
cacatnya. Ini sangat berhubungan dengan kualitas dari segala hal yang berkaitan
dengan keberadaan objek tersebut. Sedangkan sendiri benar memiliki arti tidak
memiliki kesalahan, betul. Secara harfiahnya sesuatu yang baik belum tentu
dapat dikatakan benar dan sebaliknya benar belum tentu baik. Sesuai dengan
pemakaiannya, bahasa yang baik adalah Bahasa yang tepat, sesuai dengan situasi
kondisi dan keberadaanya memiliki kualitas pada penggunanya. Atau lebih
tepatnya mengarah pada kesantunan dan kesopanan.
Bahasa
yang baik tidak terpacu pada kebekuan faedah dari Bahasa, tetapi memberikan
sebuah pertimbangan mengenai bagaimana cara
pengucapan yang pantas dan tepat sasaran, termasuk juga pada mitra
tutur, topik, tempat, dan waktu suatu tuturan itu berlangsung.
Bahasa yang benar adalah Bahasa yang terpacu pada kaidah Bahasa yang resmi dan
baku, keberadaannya merupakan objek yang dibakukan dan telah dikonversionalitaskan
sehingga menjadi sebuah keteraturan yang mutlak dimiliki oleh Negara. Dalam
tindak tutur Bahasa yang baik dapat memberikan sebuah respon antara illokusi
dan perlokusinya, seperti ujaran adik terhadap kakaknya untuk meminta sesuatu,
maka dari sini terdapat semacam permainan Bahasa, sangat tak mungkin bila sang
adik meminta langsung pada sang kakak, karena itu akan
menjatuhkan kedudukan sang kakak. Atau ucapan dari dosen pada mahasiswa
seperti berikut “ disini sangat pengap”. Maksud dari ungkapan itu sebenarnya
menyuruh dan bisa jadi meminta kepada mahasiswanya untuk membuka candela atau
menyalakan AC, bila permintaan itu dapat tertangkap maka si mahasiswa mampu
membaca perlokusi yang di ucapkan oleh dosen. Namun bila pada perlokusi
mahasiswa itu tidak mencerna illokusi dan perlokusi dari ucapan tersebut maka
akan mengalami unhappy. Dalam penggunaan bahasa yang benar lebih mengutamakan
formalitas dan baku. Biasanya pengguanaan bahasa ini lebih dipakai pada sesuatu
yang resmi seperti dalam kenegaraan dan cenderung bersifat kaku. Pada konsep ini bahasa lebih mengutamakan kejelasan ungkapan bahasa penutur
untuk menitik beratkan pada isi tuturanya, yang terkesan tak cair. Beda dengan Bahasa
yang baik yang lebih berpengaruh pada keserasian pengungkapa sesuai dengan
realita yang ada. Oleh sebab itu bahasa memang harus baik dan benar bukan benar
dan baik.
Pada
dasarnya bahasa merupakan simbul bangsa. Sebagai bangsa yang terkenal memiliki
sebuah etika yang baik, meliputi toleransi, kesantunan, kesopanan, kerja sama,
dan saling menghormati, di samping itu juga sangat mengargai pluralisme. Maka
sangat memungkinkan sekali bahasa yang baik akan mencerminkan Bangsa yang baik
pula, sehingga tertanamlah moral yang merupakan jati diri sebuah Bangsa. dan
terjawablah sudah bahwa kebenaran bahasa yang baik memiliki hubungan dengan
kepribadian Bangsa Indonesia yang mendewakan kesantunan, sehingga
kebaikan-kebaikan bahasa lebih diutamakan daripada kebenaran bahasa itu
sendiri. Dan bila dikerucutkan lagi menurut filsafat determinisme bahasa
merupakan ciri hakikat manusia dalam ikatan bangsa. ( filosofi )
Surabaya, 10 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar